Mesjid Azizi adalah sebuah bangunan bersejarah peninggalan kesultanan Langkat. Mesjid yang berjarak sekitar 20 km dari ibu kota kabupataen langkat, atau 100 km dari kota medan (ibu kota provinsi sumatra utara) ini, sudah beumur satu abad lebih. Mejid ini berada persis ditepi jalan raya lintas sumatra utara yang menghubungkan provinsi sumatra utara dengan provinsi nanggro aceh darussalam.
Mesjid Azizi yang berdiri diatas tanah seluas 18.000 meter persegi ini dibangun pada masa kesultanan langkat dibawah kepemimpinan sultan langkaat yang ke-7, yaitu Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah(1887 - 1927).
Mesjid ini kemudian dinamakan mejiid Azizi, meujuk pada nama sultan yang menggagas berdirinya mesjid tersebut. untuk merancang desain bangunan, para pejabat kesulatanan langkat mendatangkan seorang arsitek handal berkebangsaan jerman (nama tidak tercatat) dibantu oleh tenaga kerja yang berasal dari masyarakt langkat dan masyarakat tionghoa.
Sementaara untuk kebutuhan bahan bangunan, pihak kesultanan sengaja mendatangkan langsung dari penang malaysia dan singapura yang memiliki kualitas bagus. proses pembangunan mesjid berlangsung selama 18 bulan dengan total biaya yang dikeluarkan saat itu sekitar 200.000 ringgit. pada tanggal 12 rabiulawal 1320 H / 13 juni 1902 M yang juga bertepatan dengan kelahiran ( maulid ) Nabi Muhammad SAW, Mesjid Azizi diresmikan oleh sultan abdul aziz djalil rachmat syah.
Dalam merancang bangunan mesjid,sultan abdul aziz djalil rachmat syah berupaya menanamkan konsep pembangunan dengan memadukan lima unsur kekuatan dalam masyarakat sebagai filosofi masyarakat melayu, yaitu kekuatan pemimpin ( umara ), ulama, cerdik pandai ( zuamah ), orang kaya ( aghnia ), dan kekuatan doa orang miskin ( fukura ). Lima unsur ini menjadi kekuatan utama yang menopang berdirinya mesjid, sehinnga bangunan mesjid sehingga bangunan mesjid lebih bagus dari bangunan istana sultan langkat. dengan demikian, bangunan yang didirikan tersebut kokoh dan tahan dari segala cuaca. hal ini terlahir dari kearifan sang pemimpin yang berupaya untuk melibatkan semua komponen masyarakat dalam mebangun mesjid sebagai fasilitas untuk publik.
Pada bagian interior mesjid, komposisi arsitektur lebih banyak didominasi oleh corak arsitektur melayu. tiang - tiang yang berdiri kokoh didalam mesjid ditata mengikuti pola bangunan melayu, seperti pada istana Maimoon dikota medan. Mimbar tempat khatib berkutbah yang terletak pada suatu sudut didalam mesjid dibangun dengan konstuksi cukup tinngi menyerupai singga sana raja. Mimbar yang didesain seperti ini bertujuan untuk memberikan keleluasaan bagi khatib serta memberikan kemudahan bagi jamaah untuk memperhatikan jalanya khutbah.
Bagi wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor terdapat arena parkir yang cukup nyaman. Bagi pengunjung muslim yang ingin meninaikan sholat, dapat memanfaatkan tempat wudhu yang tersediia disamping mesjid untuk bersuci. Begitu juga bagi para tamu yang lupa membawa perlengkapan shalat, didalam mesjid juga terdapat beberapa mukena dan peralatan shalat lainya yang bisa dipakai. (int)
Sumber: Hikayah Dan Renungan
0 comments:
Post a Comment